Gema ramadhan di Wanasela


            Tanpa terasa kita sudah bertatap muka dengan bulan suci Ramadhan. Bulan yang penuh berkah. Bulan Ramadhan tentu identik dengan kata Puasa. Rukun islam yang ketiga tersebut memang wajib dikerjakan oleh seluruh umat islam. Tapi ada juga yang boleh tidak mengerjakan. Mushafir, orang tua yang tidak kuat berpuasa, juga wanita yang haid dan baru melahirkan. Selain itu, tentu kita sering melihat ada penjual takjil dan beberapa makanan untuk berbuka. Sering kita jumpai ada orang yang sibuk membeli makanan untuk berbuka. Kalau di masjid, sering ada orang yang sibuk mencari pahala dengan beribadah. Entah ber-iktikaf atau shalat sunnah. Yang tak sampai ketinggalan juga Ibadah Tadarus Al-Qur'an. Setiap ba'da ashar pasti ada acara Tadarus bersama di masjid. Ramai yang datang karena memang niatnya adalah thalabul 'ilmi atau mencari ilmu.
            Begitu juga dengan yang terjadi di Sela. Walaupun sedang dilanda kecemasan tentang isu serangan para dukun, para santri tetap beribadah dengan tenang. Setiap ba'da ashar, selalu diadakan Tadarus bersama. Kyai Prabu dan Kyai Panglima memimpin para santri. Semua orang yang datang dibuat menjadi beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 5 orang santri. Setiap kelompok membaca 1 juz Al-Qur'an. Untuk takjil sendiri, pihak pesantren telah menyediakan sekitar 300 kotak nasi dengan lauk yang beraneka ragam. Ada ayam goreng, ayam bakar, lele goreng, lele bakar, dan telur dadar. Untuk minumannya adalah teh manis dan es cincau hitam. Dalam bulan Ramadhan, karena memang desa Sela itu strategis. Maka, biasanya pasokan takjil akan ditambah diiringi bertambahnya orang yang datang untuk Tadarus. Pesantren Wanasela seakan menjadi pusat Tadarus di desa sekitarnya. Untuk jumlah Al-Qur'an, pihak pesantren menyediakan total 300 Al-Qur'an dengan ukuran yang berbeda-beda. Orang dapat memilih Al-Qur'an mana yang ia ingin baca. Untuk tempat, Pesantren Wanasela memiliki masjid yang cukup luas sehingga mampu menampung jama'ah hingga 1000 orang. Dapur pesantren cukup sibuk terutama dalam bulan Ramadhan ini. Para santriwati yang sedang berhalangan ditugaskan untuk memasak makanan untuk berbuka. Istri dari Kyai Prabu dan Kyai Panglima juga ikut membantu membuat takjil.
            Semangat syi'ar terpancar dari desa Sela. Seakan desa kecil tersebut kembali ke masa dimana kekuasaan dari Keraton Pajang masih ada. Juga masalah yang melanda Kyai Prabu dan Kyai Panglima pergi sejenak. Jika banyak anggapan bahwa tanggal 1 ramadhan itu masih panas-panasnya beribadah. Kalau sudah seminggu sebelum lebaran, jama'ah shalat tinggal 1 baris. Anggapan itu ditolak oleh Kyai Prabu. Beliau beranggapan bahwa jika anggapan itu dibenarkan, maka para Malaikat akan mendo'akannya sehingga memang terjadi. Maka beliau mengajak masyarakat untuk selalu khusnudzon atau berprasangka baik. Kyai Prabu selalu memberi semangat kepada para santri dan masyarakat untuk selalu khusnudzon terhadap fakta-fakta di bulan Ramadhan. Kata-kata lucu di Social media tentang apa-apa realita masyarakat di bulan Ramadhan diteliti oleh Kyai Prabu. Ada beberapa kalimat disana yang menurut anak muda dianggap lucu. Contohnya seperti dibawah ini,
1. " Kalo' tidurnya orang puasa itu ibadah, berarti gue beribadah seharian penuh. "
            Kyai Prabu menjelaskan mengapa tidurnya orang yang berpuasa itu ibadah. Karena di bulan Ramadhan, segala amal perbuatan dilipat menjadi 1000 kali. Jika amal yang dikerjakan mendapatkan ridho Allah dan pahala, maka orang yang beramal tentu beruntung. Tapi bila amal yang dikerjakan malah mengundang dosa, maka dosa dilipatkan menjadi 1000 kali. Tentu orang tersebut celaka besar. Maka daripada bangun malah mengerjakan dosa, maka tidur itu dianggap ibadah.
2. " Awal puasa ikut yang terakhir, lebaran ikut yang awal, waktu buka ikut Papua, waktu imsak ikut Aceh. "
            Kyai Prabu memiliki anggapan bahwa puasa model seperti itu ditujukan untuk orang yang menjalankannya. Sebagai sindiran atau ejekan, begitu. Namun alangkah baiknya apabila seorang muslim beribadah sesuai dengan apa yang ia yakini dengan sumber yang pasti, Al-Qur'an dan Al-Hadits. Sama seperti contoh yang pertama, sebaiknya masyarakat selalu khusnudzon dan berusaha menjalankan ibadah puasa secara penuh dengan baik dan benar. Agar kelak ibadah yang dikerjakan mampu menembus langit hingga sampai kepada Allah.

            Dan pada akhirnya, Kyai Prabu mengingatkan untuk selalu menjaga diri dari segala apa yang mengundang dosa. Beliau pun juga ikut melakukan. Apabila ada yang salah atau kurang atau lebih pada dirinya, Kyai Prabu selalu meminta saran dari banyak orang. Padahal beliau sudah mencerminkan apa yang beliau ajarkan. Inilah akhlak karimah yang jujur, apa yang diucapkan sama dengan apa yang dikerjakan. Di akun sosial media, Kyai Prabu mengunggah foto-foto kegiatan di Wanasela. Selain itu, beliau juga membuat sendiri banner yang intinya menyambut bulan suci Ramadhan. Di lain daerah, pesantren yang satu yayasan dengan Wanasela juga melakukan hal yang sama. Pimpinan yayasan, Kyai Nuh memiliki rencana untuk melakukan syawalan di Solo. Itu karena Solo adalah daerah yang strategis. Selain itu, tempat disana juga luas sehingga mampu menampung jama'ah yang jumlahnya ratusan. Tanggal dan tempat sudah ditentukan melalui rapat tertutup di Jakarta. Tinggal menunggu waktunya saja. 
Previous
Next Post »

Berkomentarlah sesuai artikel
Silahkan tinggalkan pesan Sobat di sini. Segala bentuk masukan dan arahan yang membangun bagi saya. saya ucapkan terimakasih.

Salam blogger
Terimakasih ^_^ ConversionConversion EmoticonEmoticon

Thanks for your comment